Bismillahi
rohmanirrohim.
Hari Jumat berkah kali benar-benar berkah karena materi yang
disampaikan adalah Diksi dan Seni Bahasa. Peserta pelatihan berkumpul di dunia
maya duduk bersama mengelilingi meja bundal virtual. Pemateri malam ini adalah seorang
blogger yang milenial dengan nama pena Maydearly memiliki motto hidup “Menulislah
untuk hidup seribu tahun”.
Maydearly
adalah sebuah nama tanpa titik koma, beliau menyadur makna di antara serpihan
kata yang melahirkan karya. Beliau berbicara lewat karya-karyanya berupa
tulisan, cerita dan doa untuk masa menjadi sejarah masa tua kelak.
Diksi adalah pilihan kata di dalam tulisan yang digunakan untuk
memberi makna sesuai dengan keinginan penulis. Diksi dan Puisi dua kata yang
tidak bisa terpisahkan. Dengan diksi puisi semakin bernyawa. Dengan diksi pula
membuat hati yang dingin menjadi menyala dalam suka cita. Jika Anda ingin
pembaca mencintai dan memahami tulisan Anda maka gunakanlah diksi yang tepat
dalam tulisan Anda.
Pada malam ini pemateri mengajak peserta berdiksi ria. Sebelum berdiksi
alangkah baiknya paham terlebih dahulu ap aitu diksi.
Diksi berasal dari bahasa Latin yaitu dictionem. Kemudian diserap
ke dalam bahasa Inggris menjadi diction yang artinya pilihan kata. Maksudnya,
pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif. Sehingga tulisan
tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan
pembacanya.
Dalam sejarah bahasa, Aristoteles seorang filsuf dan ilmuwan
Yunani inilah yang memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan
berbobot. Gagasannya itu ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics
yaitu salah satu karyanya. Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi,
jika memiliki perbendaharaan kata yang melimpah. Gagasan Aristoteles mengembangkan fungsi yaitu
bahwan diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi
para sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.
William Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai
dalam menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa
saja yang berminat menuliskan romantisme dipadu tragedi. Diksi Shakespeare
sangat relevan untuk menulis karya yang
bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak
lekang digilas zaman.
Berikut
contoh diksi berupa cerpen:
Sahabat adalah kata sederhana yang acap kali merapal makna dalam
jiwa. Pada sahabat kerap kita terbangkan kepingan kisah yang tersusun rapi.
Sahabat adalah ia yang paling mengerti hati kita dalam lara nan pekat, meski
kerap kita tancapkan luka, sang sahabat akan membalas dengan seribu pelukan.
Terkadang dalam hidup ada robekan paling tidak sopan yang
menenggelamkan kita dalam tangisan, namun seorang sahabat membawa kita tertatih
berjalan dan mengambil sisa tawa untuk masa depan. Menguatkan lewat doa dan
menggenggam dengan Bismillah.
Diksi sangat penting dalam kajian Bahasa sebab banyak
keindahan atas sebuah kata yang tak
tereja oleh bibir. Diksi bak pijar bintang di angkasa yang menunjukan dirinya
dengan kilauan, mempesona dan tak membosankan. Terkadang banyak penulis yang
merasa takut dalam memulai sebuah tulisan, terkadang lidah kita merasa kelu
untuk menulis sesuatu yang menakjubkan. Ada keraguan yang dibungkam sebelum
diterjemahkan dalam bahasa.
Pertanyaan
apakah mungkin saya bisa menulis sebuah bahasa yang indah? Sering ada dalam
diri penulis, merasa takut tulisanya terdengar garing ketika dibaca. Teruslah menulis
sehingga menghasilkan tulisan yang indah jadikan komentar yang negatif menjadi
motivasi diri dalam menghasilkan suatu karya terbaikmu. Karena tidak ada usahan
yang menghianati hasil itu perinsip saya.
Menurut
pemateri menulis itu sederhana se sederhana mengadukan gula dalam gelas kopi
Menulis dari apa yang kita lihat, apa yang kita rasakan dan apa
yang kita dengarkan.
Lantas
jurus apa yang harus kita pakai agar kita mampu menulis dengan segala keindahan?
Dalam menulis libatkanlah 5
macam panca indera yang kita miliki dengan baik agar menemukan diksi yang baik
sehingga tulisan yang kita buat menjadi indah dan dapat dipahami pembaca apa
yang ingin kita sampaikan, berikut penjelasannya:
1.
Sense of Touch adalah menulis dengan melibatkan indera peraba. indra peraba
dapat digunakan untuk memperinci dengan apik tekstur permukaan benda, atau
apapun. Penggunaan indra peraba ini sangat cocok untuk menggambarkan detail
suatu permukaan, gesekan, tentang apa yang kita rasakan pada kulit. Aplikasi
indra peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang
tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok juga diterapkan untuk
sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak dengan menyentuhnya.
Contoh:
Pada pori-pori angin yang dingin, aku
pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi
2. Sense of Smell adalah menulis dengan
melibatkan indra penciuman hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma.
Teknik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan.
Contoh:
Di kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badan mu selalu ku
gantungkan di langit harapan
3. Sense of Taste adalah menulis dengan
melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita.
Penggunaan indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan,
atau sesuatu yang tercecap di lidah.
Contoh: Ku kecup rasa pekat secangkir kopi di tangan
kananku, sembari ku genggam Hp tangan
kiriku. Telah terkubur dengan bijaksana, dirimu beserta centang biru,
diriku bersama centang satu.
4. Sense of Sight adalah menulis dengan
melibatkan indra penglihatan memiliki Prinsip “show, don’t tell". Selalu
ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar
menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang
tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan
membayangkannya. Prinsip utama dan
manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya,
ukurannya, umurnya, kondisinya.
Contoh
: Derit daun pintu mencekik udara ditengah
keheningan, membuatku tersadar jika kamu hanya sebagai lamunan
5. Sense of hearing adalah menulis dengan
melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita.
Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin,
inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk
menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang
ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara.
Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya
tak terdengar menjadi terdengar.
Contoh: Derum kejahatan
yang mendekat terasa begitu kencang. Udara hening, tetapi terasa berat oleh
jerit keputusasaan yang dikumandangkan bebatuan, sebuah keputusan yang
menghakimiku untuk tak lagi merinduimu. Acap kali dalam menulis kita hanya
melibatkan otak kita sebagai muara untuk berpikir tanpa kita dengar, tanpa kita
rasa, tanpa kita raba, jika terkadang sesuatu di pelupuk mata bisa menjadi
rongga untuk mencumbu tulisan kita. Mengapa kita selalu melihat kursi yang kita
duduki dengan pandangan yang begitu sederhana? Sesekali buatlah ia mempesona
dan anggun. Di atas kursi ini, aku pernah memeluk ratapan bagaimana menungguimu
dengan sebuah doa takdim. Setiap apapun yang kita lihat, sesekali kita rasakan,
kita raba, bahkan kita ampu kan sebagai sebuah senyawa yang mampu bersuara. Setelah
mencoba, kita akan yakin, setelah yakin Pasti Bisa
Logika adalah akal yang digerakan sebuah ruh. Tulisan adalah hasil
karya dari sebuah jasad yang diperintah oleh otak, kemudian ia menapaki kalbu
sebagai jejak untuk bersuara. Suara itu tak melulu tentang ucapan, pula sebuah
tulisan dengan segala keindahannya.
Bagaimana mengolah panca indera agar tergali? Panca indera itu
melekat dalam jasad kita, kita tak perlu
perintahkan ia untuk memandu hati kita membuat sebuah tulisan yang
indah. Tugas kita adalah menerima sinyal dari kelima panca indera tersebut yang
kemudian kita bisa jabarkan dalam sebuah tulisan. Ketika kelima indera itu kita
libatkan, maka tak ada tulisan yang biasa.
Pepatah
mengatakan menulislah dengan hati. Karena apa?
Karena
hati mampu menerka indera kita dengan baik.
Puisi
yang bagus itu bukan yang sulit dipahami, tetapi memiliki pola arti dan tujuan.
Setiap bait mengandung simpulan. Diksi hanyalah sebuah pemanis untuk
mempercantik sebuah puisi. Yang lebih penting adalah ungkapkan rasa yang lebih
tepat. Karena rasa lahir dari hati ia tak pernah munafik, setelah rasa itu
diutarakan, entah bahagia atau emosi ia akan lahir dalam diksi yang natural. Karena
emosi adalah bahasa hati. Biarkan ia mengalir luruh agar sampai pada puncak nan
elegan.
Jadi menulislah dengan hati yang jujur, karena tulisan yang
dicampuri oleh hati, maka ia akan sampai pada hati pembaca. Ketika kita
menulis, maka kita adalah seorang subjek yang memberi informasi. Apa yang akan
kita tulis itu yang akan dinikmati pembaca. Menulislah untuk didengarkan
pembaca, bukan menulis sesuai keinginan pembaca.
Jika
yang kita tulis adalah karya ilmiah, tentu bahasa yang kita gunakan adalah
bahasa Ilmiah. Bisa saja sebuah karya ilmiah itu memiliki Diksi yang indah
apabila karya ilmiah itu menyadur sebuah tema Sastra.
Belajar secara online memang dibutuhkan kesabaran sekaligus
keikhlasan. Siapa yang sabar pasti akan pintar. Siapa yang ikhlas pasti tuntas.
Belajar menulis harus dimulai dari diri sendiri. Menjaga konsistensi dalam
menulis bukanlah perkara mudah. Menulis dalam kesibukan bukanlah perkara yang
mudah dilakukan. Namun, berikanlah tugas itu kepada orang yang sibuk. Sebab
orang yang sibuk itu pandai mengelola waktu dengan baik. Mereka sukses dalam
hidupnya
Tips bagaimana cara mengembangkan Diksi adalah dengan memperbanyak
muara baca. Semakin banyak bahasa yang kita sentuh, semakin kaya padanan
kata/diksi yang bisa kita jumpai. Jadi mulailah membaca. Karena diksi
dijabarkan sebagai kekayaan bahasa, memaknai kata sebagai bentuk keindahan.
Layaknya secangkir Teh, ada hangat yang perlu diresapi karena bahasa adalah
jembatan dimana kita bisa mengerti dan saling memahami.
Di akhir pertemuan pemateri menutup dengan perkataan “Ketika
Diksi datang berjuntai mengalungi pikiran kita, maka kita hanya perlu menyusun
rapi dengan apik. Agar tulisan kita menjadi epik nan menarik dengan harapan semoga pertemuan ini adalah awal
tegukan yang manis, mengawali cerita di layar kaca, menyusun kepingan
kata, dan diseduh dengan rasa bahagia
untuk terus belajar berprosa. Karena bahasa adalah jembatan antara hujan dan
kemarau yang ketika dibubuhi embun ia menjadi pelangi, indah nan elegan.
Referensi
tulisan saya dalah pelatihan KBMN gelombang 28 , Jumat, 17 Februari 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar